Rama itulah nama ku.
Aku bukan bocah!!, meski umur ku 10 tahun. Aku tidak suka dipanggil bocah. Hari
minggu ini aku cuma duduk disofa sambil memakan permen rambut nyonya yang
dibawa ibu ku dari pasar.. Tok-tok.. bunyi pintu diketuk dari luar.. kemudian
gue buka pintunya.. "minggu ini gue kesini lagi.. gak papa kan? Pinjam ps
ya?" Ternyata yang datang adalah Cicit. Cicit adalah teman kelas gue.
Tinggi badannya sedikit pendek untuk anak perempuan seumuran dia, beberapa
minggu ini dia selalu datang kerumah. "Kejadian lagi ya?" tanya gue.
Cicit tidak menjawab. "Ya udah masuk.." Cicit kemudian melepas
sendalnya dan masuk ke ruang tamu rumah Gue.. dia langsung mencari remot dan
menyalakan tv dan mengetek tombol on dibelakang ps. Cicit tidak kebingungan,
terlihat sudah biasa dengan rumah Gue. Dia langsung duduk dilantai, dengan
wajah datarnya main game favoritenya yaitu Harvestmoon, game simulasi pertanian
gitu. Gue duduk diatas sofa ngeliatin dia main. tapi tunggu kemudian gue
sadar"Cit siku lo kenapa?, Berdarah gitu". "oh iya, biasalah
pasti gara-gara dirumah gue tadi" jawab Cicit datar. Gue langsung kedapur
nanya ibu gue dimana obat merah, betadin apalah yang bisa jadi pertolongan
pertama. "Emang kenapa nyari obat merah?" Tanya ibu gue. "Cicit
luka lagi bu" "kok bisa? Ya udah ibu yang bantu kasih obat
merahnya" jawab ibu gue panik. "Cit tante liat siku kamu" kata
ibu gue. "Gak apa apa kok tante cuma lecet doang?" Kata Cicit.
"Aduh ini luka loh Cit mana bisa dibilang lecet doang" ibu gue
meyakinkan Cicit. "Udah pokoknya mana siku kamu tante kasi obat
merah". Kemudian ibu gue meneteskan obat merah kesiku Cicit dan kemudian
ditutup pakai kapas. Gue diem ngeliatin. meski gue diam tapi gue sama
khawatirnya seperti ibu gue. "Ini kenapa sih bisa luka gini.. minggu lalu
waktu kamu kesini, kamu luka jugakan, dibetis kamu. Kamu ingat gak kenapa bisa
luka gini?" Tanya Ibu penasaran. Cicit dengan muka datarnya
tiba-tiba langsung cemberut dan disudut matanya terlihat sedikit air mata.
Tanda ingin menangis. "Huuaaaa..huuuaa" Cicit nangis. ibu gue
langsung meluk Cicit "kamu kenapa, cerita dong sama tante". gue jadi
kasian sama Cicit. Gue sebenarnya tau permasalahan Cicit tapi gue gak mau
bilang keorang lain, kalo memang bukan Cicitnya yang langsung cerita keorang
lain. Sambil mengelap matanya perlahan, Cicit menarik nafas agak dalam, setelah
tenang Cicit bercerita "Jadi gini tante, ibu dan ayah aku sering berantem
dirumah, gara-gara ayah sekarang udah dipecat dari kantornya luka disiku ini
aku dapat mungkin waktu aku jatuh, sewaktu ayah dengan ibu lagi berantem
tadi" "oh gitu.. sabar ya, kamu menjauh aja kalo orang tua mu lagi
berantem, atau kamu kesini aja main ps sama Rama" kata ibuku. "Iya
kesini aja kasian lo luka-luka gitu" kata gue. "Makasih tante, rama,
udah baik sama aku" kata Cicit. "Iya sama-sama, kalo ada masalah
cerita aja sama tante dan Rama, siapa tau bisa bantu" kata ibu gue.
"Iya tante" jawab Cicit mencoba untuk tersenyum. "Tunggu
sebentar" kata gue berlari kearah kulkas. Gue ambil 2 permen rambut nyonya
dari dalam kulkas. Kemudian satu gue kasi cicit "makasih rama" satu
lagi gue kasik ibu gue "untuk ibu yang udah baik sama aku dan cicit".
"Makasih anak ibu emang baik hehe" jawab ibu gue. "Ya udah tante
kedapur dulu ya, kalo ada apa apa bilang tante? Rama main ps bareng Cicit
gih". "Ok ma" jawab gue. "Iya tante makasih". Cicit
tersenyum. Kemudian Cicit main dirumah Rama sampai jam 4 sore.. karena dia di
sms ibunya akhirnya dia pulang. Kemudian malamnya dikamar, Rama dan ibunya
memang tidur sekamar. Rama tidur di ranjang bawah, ibunya diranjang atas. Bukan
ranjang bertingkat tapi memang seperti itu adanya. memberanikan diri Rama
bertanya "Bu dulu waktu ayah masih hidup ibu pernah berantem sama ayah gak
gara-gara duit?" "Gak nak, dulu berantem sama ayah paling gara-gara
jagoin siapa club bola yang akan menang?" Ibu Rama maniak bola. "Oh
gitu.. tapi ibu dan ayah pernah miskin jugakan? Berantem gak?"
"Kekurangan mungkin maksud kamu? Gak pernah sih.. yang penting kan bukan
uang, tapi saling mendukung setiap usaha yang akan ayah kamu coba dan tertawa
bareng itu cukup kok hehe" jawab ibu agak jayus. "Serius? ibu gak
merasa marah gara-gara ayah gak ada duit". "Gaklah nak, ibukan mau
sama ayah kamu bukan karena duitnya, udah ah tidur..". "Jadi aku lebih
Beruntung dong aku punya orang tua kayak ibu?". "Emang ada orang yang
gak beruntung? Semua diciptakan sama, manusia yang membeda bedakan. Intinya
bersyukur aja gitu.." ibu gue meluruskan. "Buk?" "Apa"
"ibu kayaknya kebanyakan nonton mario getuh deh. Ibu gue gak menjawab.
Males mungkin. Kemudian saat mata gue terpejam. Kalimat ibu muncul dan
terngiang-ngiang dikepala "emang ada orang yang gak beruntung? Intinya
bersyukur aja." Tak lama gue pun terlelap. Dan tidur.
Tamat