Hari ini
update blog tentang cerita kayak detektif-detektifan. Lumayan panjang sih, tapi
santai aja bacanya, tolong saran dan kritiknya ya hehe makasi udah baca.
Ada yang bilang kalau orang baru
pindah harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mungkin ada
benarnya, tapi bukan berarti tidak menyesuaikan diri adalah hal yang salah.
Semua orang punya pendapatnya masing-masing. Begitulah pandangan gue sebagai
siswa sma pindahan dari sebuah daerah. Yang lumayan terpencil, walau merupakan
kabupaten. Beberapa minggu gue sudah belajar di sma baru disebuah kota ini. Gue
memang gak banyak bicara, dan memang belum kenal banyak orang. Gue sebenarnya bukan
menjauh dari orang, tapi lebih kepada tidak ingin “memaksakan” ingin memiliki
teman banyak. Akan lebih baik jika
mengalir begitu saja.
Hari ini gue sedang di lab komputer sedang
mengerjakan tugas yang diberikan pak ali guru tik gue. Tetttt toott bunyi bel
tanda pelajaran berakhir dan jam
istirahat datang. Bel sekolah gue bunyinya aneh. “Oke hari ini cukup” kata Pak
Ali. Teman-teman yang lain keluar duluan. Sebagian kekelas, sebagian langsung
kekantin. “Huft….” Hela nafas gue. “Oi, oi ngapain lo menghela nafas panjang
gitu, lagi mau panjat pinang?” gurau Deri gak lucu. “Haaa????” jawab gue males. Deri adalah teman sebangku gue, jadi kita
lumayan akrab. “lo kekantin gak? Isi perut dulu kita, katanya hari ini mau
ngambil nilai tendangan pinalti loh” Deri nanya gue. “Kekantin? gak dulu, gue
lagi mau nabung jadi mending gue liat anak-anak maen bola aja” jawab gue. Deri
buru-buru keluar lab ninggalin gue kayaknya perutnya udah meronta-meronta ingin
diisi. Gue menshutdown komputer gue. Sebelumnya gue udah merestore poto
temen-temen gue di recycle tentunya yang aneh. Potonya gue jadikan wallpaper
desktop #guemahgituorangnya. begitu gue keluar lab, gue melihat Deri kelihatan
binggung, sambil melihat kedalam tong sampah.
“Ngapain
lo?” tanya gue.
“Ini sepatu
gue ilang mulu, ini udah minggu ke3 sepatu gue hilang” jawab Deri binggung.
“Modelnya
kayak gimana?”
“Pentofel
bro”
“Pantesan, saya
Cuma bisa kasian sama bapak .” gurau gue ke Deri
“kurang ajar
lo”
“Minggu lalu
ketemu gak?”.
“Ketemu tapi
ada di depan perpus”.
“Udah periksa perpus?”.
“Blom, temenin gue dong, malu banget gak pakai
sepatu” jawab deri.
“Yaelah malas keleus”.
“Gue traktir bakwan deh?” rayu Deri.
“Oke gue
terima” jawab gue lemah.
Kami pun berjalan dari lab computer
ke perpus, untungnya tidak ada guru yang melihat Deri telanjang kaki. Gue takut
dihukum dan dikenai undang-undang pornografi karena sebetulnya Deri telanjang
kaki sampai atas pusat -_-. Sesampai di depan perpus sepatu Deri ternyata
beneran ada.
“Tuhkan ada,
iseng banget yang ngerjain gue”
“Oi,oi bisa
aja modelnya sama. dari mana lo tau itu punya lo?”tanya gue.
“Tanda yang
gue kasih, ditapak kaki dan alas dalamnya udah gue namain. Jadi gue yakin ini
punya gue”.
“Ok bakwan I’m
coming”
“Tunggu
dulu, emang sepatu gue udah ketemu, tapi kenapa selalu diperpus ya? Masak gue
tiap habis pelajaran tik harus ke perpus” tanya Deri binggung.
“Mungkin dia
pengen pacaran sama sepatu penjaga perpus”
“Serius
dong, bantuin gue selesain ini masalah. Baru habis itu, gue selesain
permasalahan perut lo”
“Huftt… okok
jadi lo mau bertanya kenapa sepatu lo
bisa ada diperpuskan?”
“Iya kenapa?
Orang ini isengnya kebangetan ya?”
“ Bukan,
menurut gue ini bukan keisengan doang” jawab gue meluruskan.
“Maksud lo?”
“ Kalo
memang dia iseng kenapa harus repot-repot naroh sepatu lo dari lab computer ke
perpus, padahal lo tau sendirikan kalo perpus itu adanya dilantai 2?”
“Masuk akal
juga jadi maksud lo kalau memang iseng, kenapa gak taroh ditempat yang
dekat-dekat aja, misal didalam tong sampah lab gitukan?”
“Benar,
pasti ada alasannya”
“Obeng ya
mas? Nak bisa minta tolong ambilin obeng ke lab komputer gak?” kata kakak
penjaga perpus dari dalam perpus.
Kalo memang
sepatu ini dipakai seseorang dari sma ini. pertanyaan yang muncul adalah
kenapa? Mungkin gue bakal nemu jawabannya kalo gue ke sana.
“ Bisa kak,
obeng doangkan? Deri ikut gue bentar ke lab?” kata gue
“Mau
ngapain?”
“Udah jangan
banyak cingcong, ikut aja. dilab ntar Sepatu lo gue pinjam bentar ya”
“Okok”
“Tolong ya”
kata kakak penjaga perpus.
Sesampai
dilab kita langsung masuk keruang khusus guru tik yang ada dilab.
”Permisi Pak..”
“Iya, ada
perlu apa ya?”
“Ini Pak
saya Cuma mau tanya, akhir-akhir ini bapak ada melihat sepatu model kayak gini
gak? Sambil gue liatkan sepatu deri ke Pak Ali
“Ooo, Bapak
hampir lupa. sepatu ini modelnya sama dengan yang Bapak temukan didepan pintu
lab masuk khusus guru, waktu Bapak keruang lab, gak ada siapa-siapa, karena Bapak
mau jemput anak. takut hilang jadi sepatu ini Bapak taroh dibelakang pintu,
jadi itu punya kalian Bapak kira punya guru”
Gue pun
mengambil sepatu tersebut tidak lupa obeng yang diminta, Deri terlihat
kebingungan
“Makasi Pak,
maaf menggangu, permisi”
Gue dan Deri
pun jalan menuju lantai 2 untuk mengantar obeng ke perpus
“Oi, oi apa
maksud lo? Gak ngerti gue. Emang model sepatunya sama tapi maksudnya apa?”
“Sepatu ini
adalah sepatu seseorang dari lab Komputer, alasan tiap kali setelah jam
pelajaran tik sepatu lo hilang dan tiba-tiba ditemukan diperpus adalah bukan
karena lo diisengin, tapi karena orang ini salah mengira sepatu lo sebagai
sepatu dia”
Tanpa sadar
kita udah didepan perpus.
“Ok mari
kita taruh sepatu yang sama modelnya dengan punya lo ini disini, didepan
perpus. ” Kata gue
“Obeng
anterin gih, gue nunggu diluar aja” deri sewot
Setelah melepas sepatu gue masuk ke perpus
“Kak ini
obengnya” antar gue ke kakak perpus
“Makasi ya
udah ngambil, tapi kayaknya udah ndak perlu obeng soalnya computernya udah
benar” kata kakak perpus
“Hehe kalian
lama sih ngambil obengnya, udah Bapak benerin nih” kata pak Mos. Pak Mos adalah
penjaga lab disekolah gue, dia juga merupakan teknisi kalau ada kerusakan Komputer
disekolah.
“Pak Mos!,
nggak boleh gitu akh.. anak-anak udah nolongin ngambilin obeng, makasi dong”
kata kakak penjaga perpus sewot
“Sorry,
sorry hehe makasi ya murid-muridku tercinta” jawab pak Mos penuh cinta.
Gue muntah
ditempat.
“Ok deh saya
balik ke lab dulu ya, kalo dalam waktu dekat ada kerusakan lagi panggil aja, oh
ya pinjam sandal nya ya? Kayaknya bakal kejadian lagi hahaha” kata Pak Mos
Setelah
mendengar hal itu gue pun mengerinyitkan dahi
Deri masih nunggu
didepan
“Ooo, tumben
sepatu Bapak ada haha, biasanya Cuma ada waktu dilab mau ke perpus haha udah 2
minggu berturut-turut biasanya Bapak harus pulang ke lab pakai sandal perpus”
“Kok sama
kayak saya Pak, sepatu saya juga sering ilang tapi dilab, apa maksudnya ini
pan? Tolong jelasin” akhirnya Deri nyebutin nama gue.
“Hah? Apanya
yang harus dijelasin nih?” Pak Mos kepo
“baiklah,
mari kita urutkan sesuai kronologinya. Jadi begini teman saya deri selalu
kehilangan sepatunya setelah pelajaran tik, dan sepatunya selalu ditemukan didepan
perpus. Alasanya karena Bapak salah mengira sepatu Deri sebagai sepatu Bapak
karena memang modelnya sama. makanya sepatu Deri ada diperpus”. Jelas gue.
“Ok kalau
begitu, pertanyaan berikutnya? Kalo memang Pak Mos salah membawa sepatu Deri
dan Pak Mos mengira itu sepatu miliknya, kemana sepatu Pak Mos?” Pak Mos
penasaran
“Kami udah
bertanya ke Pak Ali, dia pernah melihat sepatu yang sama persis dengan punya Deri.
Dan disimpannya di belakang pintu lab khusus guru. Alasan beliau menyimpan
sepatu tersebut karena Pak Ali sendirian dan waktu itu ruang lab kosong dan
beliau mau pulang, jadi sepatu tersebut disimpan dibelakang pintu karena takut
hilang.”
“Kalau
memang dilab gak ada siapa-siapa kenapa sepatu Pak Mos bisa ada dilab pan?”
tanya Deri
“Simple,
karena sebetulnya lab tersebut tidak
benar-benar kosong”
“Hahaha
pantesan waktu itu bapak baru habis dari wc lab, begitu mau keluar dari lab
dikunci whahaha untuk ada bawa kunci cadangan”
“Kalau
memang sesuai perkiraan pak ali yang menggangap lab kosong dan pak ali masokan
sepatu pak mos ke lab,kemudian pas pak mos keluar dari lab, kok sepatu gue bise
ade di lab dan dipakai pak mos ke perpus?” tanya Deri
“Coba lo
ingat, setelah pelajaran tik, dan jam istirahat. Pelajaran berikutnya adalah
olahraga”
“Kalo begitu
kenapa? Sepatu derikan hilangnya setelah jam tik?” kata pak mos
“Benar sih
jam tik, tapi diminggu pertama dia baru sadar setelah jam olahraga.” Kata gue
“Sekarang
gue ingat, memang benar waktu itu gue baru sadar sepatu gue hilang setelah jam
olahraga dan nemuin sepatu gue di perpus sekolah, setelah jam tik gue gak balik
kekelas atau makan kekantin”
“Benar, setelah
jam tik lo langsung main bola dilapangan, kemungkinan bola mengarah ke lo dan
lo akhirnya ikutan main, tanpa memasang sepatu tentunya. Apalagi jika lo
sebelum pelajaran tik mulai lo sudah menggunakan baju olahraga, jadi lo gak
perlu balik kekelas dan lupa akan sepatu lo”
“Kenapa Cuma
sepatu pak mos yang disimpan Pak Ali? Sepatu deri?” tanya Pak Mos binggung
“Dilab punya
dua pintu masuk Pak, khusus murid, dan khusus guru tik, satu-
satunya alasan kenapa Pak Ali hanya menyimpan sepatu Pak Mos, karena sepatu Pak
Mos didepan pintu masuk guru sedangkan Deri dipintu masuk murid. Kemungkinan Pak
ali hanya melihat sepatu dipintu masuk guru, karena memang dari situ beliau
keluar-masuk. ”kata gue
“Lalu kenapa
Pak Mos masih makai sepatu saya? Seharusnya bapakkan tau sepatu saya ada
didepan pintu masuk murid, bukan guru” tanya Deri
“Awalnya
saya kira saya dikerjain seseorang, terlebih lagi waktu mau keluar lab dikunci.
Kebetulan lab kosong, karena buru-buru ditelpon penjaga perpus, Jadi saya langsug
beranggapan kalau sepatu itu punya saya, walaupun didepan pintu murid hahaha.
Apa lagi setelah pulang dari perpus sepatu Deri yang selama ini saya kira punya
saya selalu hilang, dan muncul diminggu depannya pas jam tik, tentunya di pintu
murid, makin kuat kecurigaan saya kalau saya dikerjain haha. Ok jadi urutannya
selama ini saya makai sepatu Deri dilab, terus deri ngambil sepatunya diperpus,
saya kira sepatu tersebut hilang dan saya dikerjain. Padahal sepatu saya selama
ini ada dibelakang pintu lab guru haha”
“Kalo begitu
maaf Pak ini kesalahpahaman atas keteledoran saya, saya minta maaf” Deri meminta maaf
“Gak apa-apa
Bapak juga salah kok, salah menggira sepatu kamu punya Bapak hehe”kata Pak Mos
“Saya juga
minta maaf Pak karena kurang sopan berbicara dengan Bapak seperti ini” kata gue
“Santai aja
hehe Bapak juga salah kok, anggap saja kita impas hehe”
Setelah
kejadian tersebut akhirnya gue kekantin dgn Deri. Cihuy akhirnya dijamin. Saat
gue milih-milih bakwan Deri nanya.
“Pan, ada
satu yang menggangu gue? Kalau memang Pak Mos kehilangan sepatu gue yang
dikiranya punya dia diperpus? Jadi selama 6 hari kedepannya sebelum ada
pelajaran tik dia makai apa dong?”
“Kemungkinan
besar, dia pakai sandal perpus yang biasa ia pinjam dengan penjaga perpus untuk
sampai ke lab, kemudian pak mos menggunakan sepatu cadangan miliknyakan yang
beliau simpan. Walaupun beliau punya sepatu cadangan, beliau selalu mengira
sepatu lo sebagai miliknya dan menggunakannya. Gue rasa sepatu itu penting buat
dia”
“Oh begitu
hehe makasih udah mecahin permasalahan gue, makan aja ntar gue yang bayarin
bakwannya”
“Okok,
makasih. Ok mari kita santap dengan mengucap Bismilahirahmanniroh-”
Teeeettt
tooootttt……..bel tanda jam pelajaran dimulai
“Der bisa
minta tolong gak?”
“Apa buruan,
udah masuk nih”
“Tolong
pecahin permasalahan perut gue dong, cepet banget istirahatnya ya ckckck”
“Whahahah” Deri ketawa ketiwi tiada arti