Senin, 25 Mei 2015

Mau Jadi Apa?



            Cita-cita, adalah keinginan untuk mewujudkan sesuatu yang selama ini kita inginkan, tujuan dari menggapai cita-cita ada banyak, untuk menunjukan keberhasilan kita keseseorang, untuk mengukur kemampuan dalam diri kita, atau hanya untuk sekedar mencapai kepuasan. Seperti kata teman gue ditwitter, “tidak ada yang instan di dunia ini, kalau mau berhasil ya berusaha” dari sini kita tahu, bahwa temen gue gak pernah makan mie instan.. kalau memang cita-cita dapat dicapai dengan mudah, maka bagian sulitnya jadi tidak ada gunanya.. kita ada untuk mendapatkan kemudahan didalam kesulitan. Mudah banget untuk sekedar berbicara ya dari pada melakukan.. cita-cita gue dulu adalah ingin jadi presiden, lucu ya? Waktu zaman masih bocah nggak tau kenapa dulu gue mau jadi presiden, mungkin karena gue kebanyakan nonton naruto, yang ingin jadi hokage.. yang bisa pergi kebali..

            Cita-cita gue yang lain adalah ingin jadi penulis, hal ini pun muncul karena gue terpengaruh raditya dika, awalnya dulu ada temen gue diles, yang tukeran novel sama guru les gue. Guru les gue memberi novel harry potter kepada ian dan ian memberikan ke guru les, novel yang gue gak tahu, sampul buku berwarna pink.. kesan pertama yang feminim banget..

 kepo bercampur iseng gue tanya “Buku apa tuh yan?” tanya gue ke ian.

 “buku yasin, tapi potonya pakai poto lo” Oke ditulisan ini ian gue bikin jahat banget, sorry yan #iseng love u.. -_- “

“buku marmut merah jambu pan lucu, coba  aja baca “kata guru les gue

“ok, buk. Ian bukunya gue pinjam ya..?

“boleh, asal jangan lupa balikin” jawab ian ikhlas, kayaknya

For Your Information obrolan diatas sebenarnya ditulis dengan bahasa putussibau, karena kejadian tersebut memang waktu gue masih diputussibau, jadi biar mudah dimengerti, kita pakai bahasa jakwartaa ajah ga pap4k4n..

            Dirumah gue mulai baca novel yang sampulnya kelihatan “cewek  banget” Itu. Novel yang ditulis bang raditya dika, Marmut Merah Jambu. Dikamar gue baca, kesan yang gue dapat setelah membaca tulisannya terasa berat dan susah banget untuk dibaca.. kemudian datang  adik gue yang ngambil tasnya yang ketinggalan dikamar gue, kemudian dia bilang begini..

 “bang ipan, bacanya kok kebalik?”

Fix! gue baca kebalik. Kemudian gue langsung jawab  “Hidup akan lebih indah jika dipandang dari sudut yang berbeda” #ngeles

“lampu kamarnya, gak diidupin udah malem loh?”

“ Yes my lord” sambil malu karena baca kebalik, gue mengiyakan supaya ia cepat pergi..

            Kesan yang gue dapat setelah membaca dengan “Benar” buku Marmut merah jambu sangat menghibur, selain lucu dibeberapa bagian memuat isi yang menyampaikan pesan penulis ke pembacanya . seperti menghipnotis buku tersebut membuat gue ketawa dan merenung malam itu. Dan semudah itulah muncul keinginan untuk menjadi penulis.

            Mulai dari bukunya gue mulai mengenal standup comedy, raditya dika dulu selain dikenal sebagai penulis juga dikenal sebagai standup comedian, standup comedyan itu kalo beli baju banyak-banyak untuk dijual lagi? Itu kodian woii!! Kalau mau tau standup comedian itu apa cari aja di google gue malas jelasin.. awalnya sih nonton di youtube, meski pun harus sabar karena sinyal internet di putussibau sering ngajakin berantem. Karena internet putussibau lelet kemudian move on nonton di tv, standup comedian dulu gak seperti sekarang, tayangnya malam banget, sekitar jam 10.30 malam gitu, gue dulu yang masih smp kelas 1 daya tahan kesadaran gue di waktu malam cuma sampai jam 9 malam atau mentok dapat bonus sampai Big Movies di Glodaltv habis.. udah kelas 2 smp agak mendingan.. standup comedian yang gue nonton setelah raditya dika adalah mongol. Trus? Gak ada,gue pengen bilang aja.. standup comedian atau disingkat comic, ngelawak sendiri terus diperhatikan semua orang dan semua pada ketawa.. saat itulah gue juga ingin seperti mereka.

            Cita-cita gue banyaklah pokoknya, mulai dari ingin bisa jadi gitaris handal, pemain basket, jadi pembina pramuka, pencipta lagu, buat film.. banyak. tapi dari sekian banyak cita-cita. Cita-cita kecil gue yang ingin gue wujudkan adalah  mendengarkan lagu kesukaan gue didalam mobil, terdengar simple. Selama ini gue numpang mobil, keluarga gue dan temen gue. lagu yang gue dengar, jadi lebih enak.. gak tau kenapa, sambil melihat kearah jalan, melihat orang lalu-lalang dengan kendaraan masing-masing, sambil mendengarkan lagu favorit yang keluar dari sound didalam mobil, jadi suatu yang special. Doain gue ya, kedepannya bisa mendengar lagu favorit gue didalam mobil, yang tentunya milik gue.. bersama orang yang gue suka.. #UUGujungujungnyagalau

Jumat, 01 Mei 2015

Misteri Selepas Istirahat


Hari ini update blog tentang cerita kayak detektif-detektifan. Lumayan panjang sih, tapi santai aja bacanya, tolong saran dan kritiknya ya hehe makasi udah baca.

            Ada yang bilang kalau orang baru pindah harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mungkin ada benarnya, tapi bukan berarti tidak menyesuaikan diri adalah hal yang salah. Semua orang punya pendapatnya masing-masing. Begitulah pandangan gue sebagai siswa sma pindahan dari sebuah daerah. Yang lumayan terpencil, walau merupakan kabupaten. Beberapa minggu gue sudah belajar di sma baru disebuah kota ini. Gue memang gak banyak bicara, dan memang belum kenal banyak orang. Gue sebenarnya bukan menjauh dari orang, tapi lebih kepada tidak ingin “memaksakan” ingin memiliki teman banyak.  Akan lebih baik jika mengalir begitu saja.
            Hari ini gue sedang di lab komputer sedang mengerjakan tugas yang diberikan pak ali guru tik gue. Tetttt toott bunyi bel tanda pelajaran berakhir dan  jam istirahat datang. Bel sekolah gue bunyinya aneh. “Oke hari ini cukup” kata Pak Ali. Teman-teman yang lain keluar duluan. Sebagian kekelas, sebagian langsung kekantin. “Huft….” Hela nafas gue. “Oi, oi ngapain lo menghela nafas panjang gitu, lagi mau panjat pinang?” gurau Deri gak lucu. “Haaa????” jawab gue males.  Deri adalah teman sebangku gue, jadi kita lumayan akrab. “lo kekantin gak? Isi perut dulu kita, katanya hari ini mau ngambil nilai tendangan pinalti loh” Deri nanya gue. “Kekantin? gak dulu, gue lagi mau nabung jadi mending gue liat anak-anak maen bola aja” jawab gue. Deri buru-buru keluar lab ninggalin gue kayaknya perutnya udah meronta-meronta ingin diisi. Gue menshutdown komputer gue. Sebelumnya gue udah merestore poto temen-temen gue di recycle tentunya yang aneh. Potonya gue jadikan wallpaper desktop #guemahgituorangnya. begitu gue keluar lab, gue melihat Deri kelihatan binggung, sambil melihat kedalam tong sampah.
“Ngapain lo?” tanya gue.

“Ini sepatu gue ilang mulu, ini udah minggu ke3 sepatu gue hilang” jawab Deri binggung.

“Modelnya kayak gimana?”

“Pentofel bro”

“Pantesan, saya Cuma bisa kasian sama bapak .” gurau gue ke Deri

“kurang ajar lo”
“Minggu lalu ketemu gak?”.

“Ketemu tapi ada di depan perpus”.

 “Udah periksa perpus?”.

 “Blom, temenin gue dong, malu banget gak pakai sepatu” jawab deri.

 “Yaelah malas keleus”.

 “Gue traktir bakwan deh?” rayu Deri.

“Oke gue terima” jawab gue lemah.

            Kami pun berjalan dari lab computer ke perpus, untungnya tidak ada guru yang melihat Deri telanjang kaki. Gue takut dihukum dan dikenai undang-undang pornografi karena sebetulnya Deri telanjang kaki sampai atas pusat -_-. Sesampai di depan perpus sepatu Deri ternyata beneran ada.

“Tuhkan ada, iseng banget yang ngerjain gue”  

“Oi,oi bisa aja modelnya sama. dari mana lo tau itu punya lo?”tanya gue.

“Tanda yang gue kasih, ditapak kaki dan alas dalamnya udah gue namain. Jadi gue yakin ini punya gue”.

“Ok bakwan I’m coming”

“Tunggu dulu, emang sepatu gue udah ketemu, tapi kenapa selalu diperpus ya? Masak gue tiap habis pelajaran tik harus ke perpus” tanya Deri binggung.

“Mungkin dia pengen pacaran sama sepatu penjaga perpus”

“Serius dong, bantuin gue selesain ini masalah. Baru habis itu, gue selesain permasalahan perut lo”

“Huftt… okok jadi lo mau bertanya kenapa  sepatu lo bisa ada diperpuskan?”

“Iya kenapa? Orang ini isengnya kebangetan ya?”

“ Bukan, menurut gue ini bukan keisengan doang” jawab gue meluruskan.

“Maksud lo?”

“ Kalo memang dia iseng kenapa harus repot-repot naroh sepatu lo dari lab computer ke perpus, padahal lo tau sendirikan kalo perpus itu adanya dilantai 2?”

“Masuk akal juga jadi maksud lo kalau memang iseng, kenapa gak taroh ditempat yang dekat-dekat aja, misal didalam tong sampah lab gitukan?”

“Benar, pasti ada alasannya”

“Obeng ya mas? Nak bisa minta tolong ambilin obeng ke lab komputer gak?” kata kakak penjaga perpus dari dalam perpus.

Kalo memang sepatu ini dipakai seseorang dari sma ini. pertanyaan yang muncul adalah kenapa? Mungkin gue bakal nemu jawabannya kalo gue ke sana.

“ Bisa kak, obeng doangkan? Deri ikut gue bentar ke lab?” kata gue

“Mau ngapain?”

“Udah jangan banyak cingcong, ikut aja. dilab ntar Sepatu lo gue pinjam bentar ya”

“Okok”

“Tolong ya” kata kakak penjaga perpus.

Sesampai dilab kita langsung masuk keruang khusus guru tik yang ada dilab.

”Permisi Pak..”

“Iya, ada perlu apa ya?”

“Ini Pak saya Cuma mau tanya, akhir-akhir ini bapak ada melihat sepatu model kayak gini gak? Sambil gue liatkan sepatu deri ke Pak Ali

“Ooo, Bapak hampir lupa. sepatu ini modelnya sama dengan yang Bapak temukan didepan pintu lab masuk khusus guru, waktu Bapak keruang lab, gak ada siapa-siapa, karena Bapak mau jemput anak. takut hilang jadi sepatu ini Bapak taroh dibelakang pintu, jadi itu punya kalian Bapak kira punya guru”

Gue pun mengambil sepatu tersebut tidak lupa obeng yang diminta, Deri terlihat kebingungan

“Makasi Pak, maaf menggangu, permisi”

Gue dan Deri pun jalan menuju lantai 2 untuk mengantar obeng ke perpus


“Oi, oi apa maksud lo? Gak ngerti gue. Emang model sepatunya sama tapi maksudnya apa?”

“Sepatu ini adalah sepatu seseorang dari lab Komputer, alasan tiap kali setelah jam pelajaran tik sepatu lo hilang dan tiba-tiba ditemukan diperpus adalah bukan karena lo diisengin, tapi karena orang ini salah mengira sepatu lo sebagai sepatu dia”

Tanpa sadar kita udah didepan perpus.

“Ok mari kita taruh sepatu yang sama modelnya dengan punya lo ini disini, didepan perpus. ” Kata gue

“Obeng anterin gih, gue nunggu diluar aja” deri sewot

Setelah  melepas sepatu gue masuk ke perpus

“Kak ini obengnya” antar gue ke kakak perpus

“Makasi ya udah ngambil, tapi kayaknya udah ndak perlu obeng soalnya computernya udah benar” kata kakak perpus

“Hehe kalian lama sih ngambil obengnya, udah Bapak benerin nih” kata pak Mos. Pak Mos adalah penjaga lab disekolah gue, dia juga merupakan teknisi kalau ada kerusakan Komputer disekolah.

“Pak Mos!, nggak boleh gitu akh.. anak-anak udah nolongin ngambilin obeng, makasi dong” kata kakak penjaga perpus sewot

“Sorry, sorry hehe makasi ya murid-muridku tercinta” jawab pak Mos penuh cinta.

Gue muntah ditempat.

“Ok deh saya balik ke lab dulu ya, kalo dalam waktu dekat ada kerusakan lagi panggil aja, oh ya pinjam sandal nya ya? Kayaknya bakal kejadian lagi hahaha” kata Pak Mos

Setelah mendengar hal itu gue pun mengerinyitkan dahi

Deri masih nunggu didepan

“Ooo, tumben sepatu Bapak ada haha, biasanya Cuma ada waktu dilab mau ke perpus haha udah 2 minggu berturut-turut biasanya Bapak harus pulang ke lab pakai sandal perpus”

“Kok sama kayak saya Pak, sepatu saya juga sering ilang tapi dilab, apa maksudnya ini pan? Tolong jelasin” akhirnya Deri nyebutin nama gue.

“Hah? Apanya yang harus dijelasin nih?” Pak Mos kepo

“baiklah, mari kita urutkan sesuai kronologinya. Jadi begini teman saya deri selalu kehilangan sepatunya setelah pelajaran tik, dan sepatunya selalu ditemukan didepan perpus. Alasanya karena Bapak salah mengira sepatu Deri sebagai sepatu Bapak karena memang modelnya sama. makanya sepatu Deri ada diperpus”. Jelas gue.

“Ok kalau begitu, pertanyaan berikutnya? Kalo memang Pak Mos salah membawa sepatu Deri dan Pak Mos mengira itu sepatu miliknya, kemana sepatu Pak Mos?” Pak Mos penasaran

“Kami udah bertanya ke Pak Ali, dia pernah melihat sepatu yang sama persis dengan punya Deri. Dan disimpannya di belakang pintu lab khusus guru. Alasan beliau menyimpan sepatu tersebut karena Pak Ali sendirian dan waktu itu ruang lab kosong dan beliau mau pulang, jadi sepatu tersebut disimpan dibelakang pintu karena takut hilang.”

“Kalau memang dilab gak ada siapa-siapa kenapa sepatu Pak Mos bisa ada dilab pan?” tanya Deri

“Simple, karena  sebetulnya lab tersebut tidak benar-benar kosong”

“Hahaha pantesan waktu itu bapak baru habis dari wc lab, begitu mau keluar dari lab dikunci whahaha untuk ada bawa kunci cadangan”

“Kalau memang sesuai perkiraan pak ali yang menggangap lab kosong dan pak ali masokan sepatu pak mos ke lab,kemudian pas pak mos keluar dari lab, kok sepatu gue bise ade di lab dan dipakai pak mos ke perpus?” tanya Deri

“Coba lo ingat, setelah pelajaran tik, dan jam istirahat. Pelajaran berikutnya adalah olahraga”

“Kalo begitu kenapa? Sepatu derikan hilangnya setelah jam tik?” kata pak mos

“Benar sih jam tik, tapi diminggu pertama dia baru sadar setelah jam olahraga.” Kata gue

“Sekarang gue ingat, memang benar waktu itu gue baru sadar sepatu gue hilang setelah jam olahraga dan nemuin sepatu gue di perpus sekolah, setelah jam tik gue gak balik kekelas atau makan kekantin”

“Benar, setelah jam tik lo langsung main bola dilapangan, kemungkinan bola mengarah ke lo dan lo akhirnya ikutan main, tanpa memasang sepatu tentunya. Apalagi jika lo sebelum pelajaran tik mulai lo sudah menggunakan baju olahraga, jadi lo gak perlu balik kekelas dan lupa akan sepatu lo”

“Kenapa Cuma sepatu pak mos yang disimpan Pak Ali? Sepatu deri?” tanya Pak Mos binggung

“Dilab punya dua pintu masuk Pak, khusus murid, dan khusus guru tik, satu-
satunya alasan kenapa Pak Ali hanya menyimpan sepatu Pak Mos, karena sepatu Pak Mos didepan pintu masuk guru sedangkan Deri dipintu masuk murid. Kemungkinan Pak ali hanya melihat sepatu dipintu masuk guru, karena memang dari situ beliau keluar-masuk. ”kata gue

“Lalu kenapa Pak Mos masih makai sepatu saya? Seharusnya bapakkan tau sepatu saya ada didepan pintu masuk murid, bukan guru” tanya Deri

“Awalnya saya kira saya dikerjain seseorang, terlebih lagi waktu mau keluar lab dikunci. Kebetulan lab kosong, karena buru-buru ditelpon penjaga perpus, Jadi saya langsug beranggapan kalau sepatu itu punya saya, walaupun didepan pintu murid hahaha. Apa lagi setelah pulang dari perpus sepatu Deri yang selama ini saya kira punya saya selalu hilang, dan muncul diminggu depannya pas jam tik, tentunya di pintu murid, makin kuat kecurigaan saya kalau saya dikerjain haha. Ok jadi urutannya selama ini saya makai sepatu Deri dilab, terus deri ngambil sepatunya diperpus, saya kira sepatu tersebut hilang dan saya dikerjain. Padahal sepatu saya selama ini ada dibelakang pintu lab guru haha”

“Kalo begitu maaf Pak ini kesalahpahaman atas keteledoran saya, saya minta maaf”  Deri meminta maaf

“Gak apa-apa Bapak juga salah kok, salah menggira sepatu kamu punya Bapak hehe”kata Pak Mos

“Saya juga minta maaf Pak karena kurang sopan berbicara dengan Bapak seperti ini” kata gue

“Santai aja hehe Bapak juga salah kok, anggap saja kita impas hehe”

Setelah kejadian tersebut akhirnya gue kekantin dgn Deri. Cihuy akhirnya dijamin. Saat gue milih-milih bakwan Deri nanya.

“Pan, ada satu yang menggangu gue? Kalau memang Pak Mos kehilangan sepatu gue yang dikiranya punya dia diperpus? Jadi selama 6 hari kedepannya sebelum ada pelajaran tik dia makai apa dong?”

“Kemungkinan besar, dia pakai sandal perpus yang biasa ia pinjam dengan penjaga perpus untuk sampai ke lab, kemudian pak mos menggunakan sepatu cadangan miliknyakan yang beliau simpan. Walaupun beliau punya sepatu cadangan, beliau selalu mengira sepatu lo sebagai miliknya dan menggunakannya. Gue rasa sepatu itu penting buat dia”

“Oh begitu hehe makasih udah mecahin permasalahan gue, makan aja ntar gue yang bayarin bakwannya”

“Okok, makasih. Ok mari kita santap dengan mengucap Bismilahirahmanniroh-”

Teeeettt tooootttt……..bel tanda jam pelajaran dimulai

“Der bisa minta tolong gak?”

“Apa buruan, udah masuk nih”

“Tolong pecahin permasalahan perut gue dong, cepet banget istirahatnya ya ckckck”

“Whahahah” Deri ketawa ketiwi tiada arti