Sore itu, pukul setengah 4 sore adalah sore terpanas dalam hidupku, aku berlarian kesana kemari, sambil berlari-lari dan mecari celah, agar teman ku bisa mengoper bola kepada ku. Ditengah lapangan kadang terkadang aku berpikir
“Aku ngapain sih, disini, seharusnya aku nyelesain nonton demon
slayer, tinggal 1 episode lagi yang belum ku ton…….”
“PRIMA TANGKAPP!”
Teriakan teman setimku memecah lamun ku, tanpa sempat menggerakan
tangan,tanpa sadar bola basket menghantam keras kepala ku, kejadian terjadi
seketika. Semuanya gelap.
Dengan masih setengah sadar, aku membuka mataku, yang terlihat hanya Langit-langit ruangan yang bersih, putih, dan sebuah bolam diatas nya, dinding kamarnya bergambar salib merah dengan ruangan yang beraroma obat-obatan.
“Sudah enakan?” suara anak perempuan terdengar dari samping Kasur
ku.
Aku diam tidak menjawab, sambil sedikit mencoba memahami apa
yang terjadi.
“Tadi bola yang ngantem kepala kamu lumayan keras loh,”
Aku masih diam, bingung mau merespon apa..
“Kamu istirahat dulu aja, aku mau ambil perban, lutut kamu
mau aku obati”
Aku masih diam, tapi kali ini aku merasa perih dari lutut,
ternyata memang luka. Mungkin waktu pingsan aku menjatuhkan lututku duluan.
“Nama kamu siapa? Kenalin aku Mia” sambil menyodorkan tangan
kanannya kearah ku, sambil memegang kapas, perban dan alkohol di tangan kirinya.
“Prima” jawab ku sambil bersalaman dengan perempuan itu. Mia.
Mia yang kulihat waktu itu adalah Wanita yang cukup tinggi
untuk seseorang yang bergabung di PMR, meskipun sedikit kurus seharusnya dia
bisa tergabung dalam ekskul basket atau voli dari pada pmr, dalam hati ku. Wangi
parfume Mia sangat khas, bau parfume anak cewek sma, tidak terlalu menyengat,
tapi manis.
“Udah kamu istirahat disini dulu aja, hari ini off dulu
latihannya, jangan dipaksain untuk sementara waktu dari pada nanti sakitnya
makin parah, susah nanti dikamunya, ga salah juga untuk udahan dulu aja hari
ini” mia bicara bawel sambil duduk kembali dikursi plastik, disamping ku, Tapi tidak terdengar menyebalkan..
aku ga tau kenapa.
Mia mengaitkan sebelah rambutnya ketelinga, rambut lurus
hitam pendek sebahu, kemudian Mia menumpahkan alkohol ke kapas dan pelan-pelan
menekan-nekan kapasnya ke luka ku
“Duh, aww” kata ku
“Tahan dikit ya prima, untuk orang yang bernama prima, kamu
ga tahan sakit ternyata”
“Sedikit hehe, btw mia bawel ya”
“Hahaha” Kami berdua sedikit tertawa
Obrolan jadi lebih cair waktu itu, Mia bercerita kalau dia
juga suka menghabiskan waktu luangnya menonton anime, aku juga bercerita kalau anime
favorite ku adalah demon slayer dan belum menyelesaikan season terbarunya, Mia
bilang dia sudah, dan bisa memberitahu spoiler kepada ku, tapi dia mengurungkan
niatnya, karena melihat muka ku yang sedikit kesal kalau sampai dia spoiler. Obrolan
terus berlanjut, aku jadi tau, kalau Mia ternyata kakak kelas ku, dan tinggal
di perumahan dibelakang rumah ku, aku tau rumahnya karena besar, tapi aku tidak
tahu kalau itu rumah Mia, Mia juga suka makan mi instan setiap seminggu 2 kali,
rasa favoritenya adalah mi insta soto dan mi goreng ayam bawang.
aku juga bercerita, kalau aku suka bermain video game atau
membaca komik, sambil rebahan dirumah, meminum, minum-minuman berkarbonat, aku sadar sangat tidak mencerminkan seorang
anak basket, yang mana memang iya.
“Prima liat deh” sambil mengambil alcohol yang masih tertutup dan coba pura-pura meminumnya
“Coba minum Ini, ini potion tau, buat sembuhin kamu, kayak divideo
gamekan ginikan?”
“udah gila ya you” jawab ku melihat tingkah mia, sambil
tersenyum kecil
Sore itu adalah sore terseru bagi aku, meskipun mereka baru bertemu, tapi obrolannya seperti teman lama yang udh 7 tahun ga bertemu, mia terus menggangu ku, sambil tetap terus saling mengupdate dan bercerita tentang hidup masing-masing, meskipun aku lebih banyak mendengarkan Mia bercerita, semua interaksi yang terjadi, perbandingannya adalah 70:30, Mia 70 dan aku hanya 30 untuk seorang introvert seperti ku 30 merupakan interaksi yang banyak. Tapi aku kali ini melakukannya dengan kemauan ku sendiri. Dan semuanya menyenangkan. 😊
“sejak kejadian itu Mia dan aku jadi sering ngobrol banyak dan dekat, Mia dan aku jadi berangkat sekolah sama-sama, jadi sering sama-sama istirahat ke kantin berdua, dan setelahnya sholat dzuhur Bersama. aku juga bingung kenapa. dalam hati ku bergumam, kalau memang aku masih pingsan. Tolong Jangan bangunkan aku.
3 bulan sudah berlalu dari kejadian aku pingsan dan betemu Mia, aku kembali jatuh lagi, kali ini bukan karena bola basket menghantam kepala
ku, tapi karena aku terlalu banyak mengikuti menu Latihan yang diberikan oleh Coach, kaki ku tidak kuat menopang tubuhku, saking banyaknya Langkah kaki yang kugunakan
untuk Latihan, mata aku sedikit berkunang-kunang, penglihatan ku mengambang,
seolah-olah aku berada diatas kapal yang berada ditengah dilaut. Aku pun
berlari ke tepi lapangan sambil berjalan sempoyongan, kemudian aku muntah,
perasaan yang tidak enak yang dirasakan saat muntah, dan tanpa sadar aku pun jatuh terduduk dan
kembali pingsan.
Tercium aroma alkohol dan obat-obatan, bau khas dari ruangan
PMR, sambil membuka mata aku sadar aku kembali tiduran di Kasur pmr.
“Prima kamu gak apa-apa” Mia bertanya. Kebetulan yang
menjaga ruangan hari itu adalah Mia, jadi aku bisa bertemu kembali diruangan
yang sama.
“Mia, kayaknya aku udahan aja deh basket. Aku ga kuat”
“Iya istirahat aja dulu kamunya hari ini”
“Ga, bukan itu, aku mau berhenti main basketnya”
“Kenapa” tanya Mia
“Aku cape, awalnya aku gabung karena sekolah kita kekurangan
satu orang pemain yang tiba-tiba pindah sekolah, aku Cuma pengganti, aku ga
pernah benar-benar suka basket”
“Tapi kamu bagus mainnya prim..”
Aku beranjak sambil, pelan-pelan turun dari Kasur.
“Aku cape, ga mau keringetan ga jelas untuk hal yang aku ga
yakin, apakah aku bisa 100% melakukannya”
“Kamu tenangin diri dulu prima..”
“Tapi kamu ngertikan, kalo aku mau berhenti, aku ga yakin apa
aku benar-benar suka basket, atau melakukannya karena aku Cuma bisa
melakukannya, aku ga mau kalau aku….”
Mia memeluk aku.
“Kamu tenang dulu ya” suara mia pelan, memadamkan api emosi
ku seketika, sembil mengusap-usap tangannya kebelakang punggung ku. Saat berpelukan
Tubuh Mia terasa seperti mengeluarkan keringat dingin, sedingin es. Sedikit aneh
tapi entah kenapa menenangkan.
“Prima, kamu main basketnya bagus, walaupun kamu bukan yang
terbaik, aku suka liat kamu yang berusaha dilapangan”
Aku diam, sambil mendengar apa yang Mia bicarakan.
“Makasih Mia,”
“iya, kamu bisa kok Prim, aku emang ga ngerti basket, tapi kalo
kamu luka aku siap obatin kamu”
Tanpa sadar pelukan aku dan Mia, masih belum terlepas,
kemudian, aku bertanya ke Mia
“Mia, mau ga jadi pacar ku?”
“Seketika Mia hening, seolah Mia tidak bereaksi. Hening yang
Panjang. Kemudian Mia melepaskan pelukannya. Ada sedikit air mata yang keluar
dari ujung matanya.
“Aku ga mau jawab sekarang”
“Iya gpp pikirkan aja dulu”
“Ga gitu prima.. ohok.. aku Cuma..”
“Gini aja, kamu jawab pertanyaan aku tadi kalau aku menangin
pertandingan basket bulan depan lawan anak sekolah sma 7”
“………..” Mia diam..
“Kalo aku menang aku jadi pacar kamu? okay”
Mia menatap mat aku dalam, kemudian dia menjawab
“Iya Prima, boleh”
Setelah perjanjian yang dibuat oleh aku dan Mia, aku menjadi lebih rajin dan berkeinginan menuangkan segala usaha ku secara 100% dalam basket, mulai dari Latihan jogging setiap pagi, makan-makanan menu sehat di jam makan istirahat siang, sore Latihan disekolah, malamnya aku menonton pertandingan-pertandingan sebagai referensi yang dapat ku gunakan di pertandingan melawan sma 7.
Hari pertandingan tiba, semua usaha yang aku lakukan selama
ini membuahkan hasil, aku berhasil menjadi mvp dihari itu, dengan mencetak skor
terbanyak di tim ku, aku bahkan berhasil memenangkan pertandingan melawan sma
negeri 7, dengan skor 45-24. setelah memenangkan pertandingan itu, aku bergegas
menemui Mia yang terlihat dari tribun, Mia mengejar ku juga. Kita bertemu
di ruang ganti didekat toilet, Mia dan aku berpelukan, sambil mengelus kepala Mia.
“Makasih Mia, berkat kamu, aku jadi punya alasan lagi dalam basket,
aku suka basket”
Mia tidak menjawab, pelukan masih terjadi, aku merasakan
tubuh mia yang panas tinggi, seperti orang yang mau demam, dalam pelukan, aku merasakan tubuh Mia terasa semakin kurus, dan tanpa sadar rambut Mia yang ku elus, sedikit gugur
dan menempel di sela-sela tangan ku dalam jumlah yang lumayan banyak, kemudian
dalam lamunku sambil sedikit menangis Mia menjawab;
“Iya Prima, tolong habisin waktu kamu bersama aku, sedikit lagi
ya..”
Aku memeluk Mia erat.
“iya sayang, aku disini”
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar